Kepala Balitbang Pertanian Kementerian Pertanian Haryono mengatakan, fenomena perubahan iklim memang bisa mempengaruhi pertumbuhan serangga dan hama. "Perlu diketahui, sejak beberapa tahun terjadi perubahan iklim, bahkan musim tanam padi pun bergeser,” kata Haryono di Jakarta, Rabu, 21 Maret 2012.
Selama ini, serangga Tomcat merupakan predator hama wereng dan kresek yang menjadi musuh tanaman padi. Sehingga keberadaan Tomcat di masa lalu bisa membantu produksi tanaman padi dari serangan hama wereng.
Menurut dia, serangan Tomcat mulai terjadi akibat alih fungsi lahan pertanian ke non-pertanian, seperti perumahan. Ini membuat serangga Tomcat memasuki wilayah pemukiman penduduk. "Perubahan iklim yang sekarang terjadi membuat perkembangan Tomcat menjadi subur." katanya." Tak perlu dikhawatirkan karena tidak mematikan"
Haryono menghimbau masyarakat untuk tidak terlalu panik dengan serangga Tomcat. Sebab kumbang ini tidak menggigit atau menyengat. Namun jika diganggu akan mengeluarkan racun yang disebut pederin.
Racun ini memang bisa menimbulkan iritasi serius pada kulit, sehingga kulit bisa terlihat seperti terbakar. "Masyarakat bisa mengatasi dengan tindakan yang lebih arif. Jika Tomcat ini menempel dikulit, maka jangan digerus atau dihancurkan. Tapi cukup dengan mengusir secara halus, seperti ditiup," jelasnya. Pengusiran Tomcat harus dilakukan secara hati-hati agar tidak mengeluarkan racun.
Haryono menegaskan, jika sudah terlanjur terkena racun Tomcat, maka pertolongan pertama dengan mencuci daerah yang terkontaminasi serangga dengan sabun air untuk menghilangkan racun. Namun racun ini tidak menular atau menyebar ke bagian lain dan tidak sampai mematikan bagi manusia.